Kamis, 22 Januari 2009

waspada Demam Berdarah

ingat musim hujan sedang berlangsung, waspadai demam berdarah!!!! segera putus rantai penularannya dengan....

Jumat, 16 Januari 2009

PELEPASAN DR IDA KOMANG UPEKSA


acara pelepasan dr Ida Komang Upeksa,mantan pejabat kepala puskesmas sukawati 1, sekarang menduduki jabatan baru di dinas kesehatan kabupaten gianyar sebagai kabid P2M, kepala puskesmas sukawati 1 di jabat dr Kadek Pramesti Dewi. Acara dilaksanakan bersamaan dengan upacara tumpek landep tgl: 17 januari 2009. Dalam sambutannya dr upeksa menyampaikan ucapan terima kepada semua staf yang sudah bekerjasama selama 7 tahun 7 bulan 20 hari, tak lupa juga beliau menyampaikan permohonan maaf seandainya ada kesalahan selama dr upeksa menjadi kepala puskesmas

PERAYAAN TUMPEK LANDEP DI PUSKESMAS


Tumpek landep disebut juga sebagai Tumpek Senjata, hari pemujaan Sanghyang Pasupati dan juga merupakan Pujawali Bhatara Siwa.
Pada hari ini diupacarai segala macam senjata dan peralatan dari besi terutama buatan pande.

Tujuannya mohon ketajaman pikiran dan kekuatan lahir batin manusia (dipersenjatai Dharma).
Sumber sastranya Lontar Sundrigama; banten di Sanggah Pamerajan: tegteg daksina peras ajuman, tumpeng putih kuning selengkapnya dengan lauk sate berisi terasi merah, raka-raka; di perapen bantennya : sesayut pasupati, sesayut jayeng perang, sesayut kusumayuda, suci, daksina peras ajuman, canang wangi, dan pareresik.
Di puskesmas sukawati 1 perayaan Tumpek landep dilakukan staf puskesmas sukawati 1 bahu membahu dan sembahyang bersama dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan di puskesmas.

Dalam gambar tampak kepala puskesmas sukawati 1 dr kadek pramesti dewi, mantan kepala puskesmas sukawati 1dr upeksa, dan seluruh staf puskesmas hadir dalam upacara piodalan di puskesmas.

Jumat, 09 Januari 2009

SEKS


Berat Badan Turun Seks Meningkat


Selasa, 6 Januari, 2009 oleh: eman
Berat Badan Turun Seks Meningkat
Gizi.net - BEIJING -- Gangguan seks yang biasa terjadi pada pria bertubuh sangat gemuk membaik setelah operasi untuk menurunkan berat badan, demikian hasil satu studi baru.

"Gangguan seks mesti dipertimbangkan sebagai salah satu dari sejumlah komplikasi kegemukan yang dapat diubah," demikian kesimpulan tim studi tersebut.

Dr. Ramsey M. Dallal, dari Albert Einstein Healthcare Network, Philadelphia, dan rekannya mengukur tingkat 97 orang yang bertubuh sangat gemuk mengalami gangguan seks, dan kemudian menganalisis perubahan seks setelah mereka kehilangan berat badan cukup banyak menyusul operasi bypass perut.

Sebelum operasi, pria yang memiliki tubuh sangat gemuk memiliki kemampuan seks yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pria rujukan yang disiarkan sebelumnya sebelum operasi, demikian laporan para peneliti.

Setelah mengalami penurunan rata-rata dua pertiga dari kelebihan bobot tubuh mereka, pria itu mengalami peningkatan mencolok dalam fungsi seks mereka; jumlah penurunan berat badan meramalkan angka peningkatan.

"Kami memperkirakan bahwa seorang pria yang memiliki tubuh sangat gemuk memiliki tingkat gangguan seks yang sama dengan pria yang tidak bertubuh gemuk, dengan usia sekitar 20 tahun lebih tua," kata para peneliti tersebut. "Fungsi seks meningkat secara mencolok setelah operasi bypas lambung ke tingkat yang mencapai atau mendekati tolok-ukur berdasarkan usia."

"Fungsi seks adalah aspek penting bagi kualitas hidup dan sekarang terdokumentasi dengan baik sebagai kondisi yang dapat diubah," demikian penjelasan Dallal.

"Kami tertarik dalam memastikan fungsi seks pada perempuan, serta memahami mekanisme gangguan seks yang berhubungan dengan kegemukan," tambah Dallal. - ant/ah

Sumber : Republika Online -- Kesehatan - Info Sehat - By Republika Newsroom - Senin, 05 Januari 2009

WASPADA !!!!!!!


Racun Nyamuk Mengandung Transfultrin Turunkan Eritrosit


Jumat, 9 Januari, 2009 oleh: gklinis
Racun Nyamuk Mengandung Transfultrin Turunkan Eritrosit
Gizi.net - Penggunaan racun nyamuk menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat Indonesia, namun asap racun nyamuk yang mengandung bahan-bahan kimia seperti transfultrin bisa membahayakan kesehatan manusia. "Dari penelitian terhadap mencit, diketahui bahwa racun nyamuk yang mengandung transfultrin bila dipakai selama empat jam bisa menurunkan kadar eritrosit atau sel darah merah," kata Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Surahma Asti Mulasari, di Yogyakarta, Selasa.


Selain transfultrin terdapat pula jenis bahan kimia lain yang kerap terdapat dalam racun nyamuk yaitu praletrin dan d-alletrin.Berdasarkan penelitiannya, d-alletrin tidak menyebabkan perubahan signifikan kadar eritrosit jika digunakan dalam waktu 1, 2 atau empat jam, sedangkan praletrin bisa menyebabkan perbedaan dalam waktu dua dan empat jam.
"Meski perbedaannya tidak terlalu signifikan," lanjutnya.


Sementara itu, racun nyamuk yang mengandung transflutrin dan d-alletrin menyebabkan kenaikan kadar hemoglobin jika digunakan dalam waktu dua dan empat jam. Sedangkan praletarin menyebabkan kenaikan kadar hemoglobin jika digunakan selama satu dan dua jam. Eritrosit atau sel darah merah mengandung hemoglobin dan bertugas mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, dan bila tubuh mengalami kekurangan eritrosit maka orang tersebut akan menderita anemia.


Banyaknya jenis dan merek racun nyamuk yang beredar di pasaran dengan komposisi bahan kimia yang berbeda, lanjut Surahma, diduga akan menyebabkan komposisi gas dan partikel dalam asap juga bervariasi sehingga menimbulkan dampak yang berbeda terhadap partikel darah.


Dalam penelitian tersebut, peneliti memanfaatkan mencit (mus musculus) sebanyak 35 ekor dengan berat badan dan umum berkisar antara 23-30 gram dan 2-3 bulan dengan lama penelitian 15 hari. Mencit tersebut kemudian dibagi menjadi tujuh kelompok, satu kelompok sebagai kontrol dan sisanya sebagai kelompok perlakuan,katanya.ant/kp

Sumber:republika.online.com

DATA PUSKESMAS DI BALI

SUMBER: depkes RI
Di Propinsi Bali terdata sebanyak 112 Puskesmas

KodeNama PuskesmasAlamatKecamatan
5101010101MELAYA IDesa Melaya, JembranaMelaya
5101010102MELAYA IIDesa Gilimanuk, JembranaMelaya
5101010103MELAYA IIIDesa Tuwed, JembranaMelaya
5101020101NEGARA IDesa Kaliakah, JembranaNegara
5101020102NEGARA IIDesa. Dangin, TukadayaNegara
5101020103NEGARA IIIDesa PengambenganNegara
5101020104NEGARA IVDesa Yeh Kuning,JembranaNegara
5101030101MENDOYO IDesa Pergung, JembranaMendoyo
5101030102MENDOYO IIDesa Yeh Embang, JembranaMendoyo
5101040101PEKUTATAN IDesa Petutatan, JembranaPekutatan
5101040102PEKUTATAN IIDesa Gumbrih, JembranaPekutatan
5102010101SELEMADEG IDesa BajeraSelemadeg
5102010102SELEMADEG IIDesa Lalang-LinggahSelemadeg
5102010103SELEMADEG IIIDesa Magati, TabananSelemadeg
5102010104SELEMADEG IVDesa BerabanSelemadeg
5102020101KERAMBITAN IDesa Sembung GedeKerambitan
5102020102KERAMBITAN IIDesa KerambitanKerambitan
5102030101TABANAN IDesa SudimaraTabanan
5102030102TABANAN IIDesa DenbatasTabanan
5102040101KEDIRI IDesa Kelurahan KediriKediri
5102040102KEDIRI IIDesa Kaba-kabaKediri
5102040103KEDIRI IIIDesa BerabanKediri
5102050101MARGA IDesa KuwunMarga
5102050102MARGA IIDesa KukuhMarga
5102060101BATURITI IDesa BaturitiBaturiti
5102060102BATURITI IIDesa Perean KanginBaturiti
5102070101PENEBEL IDesa PitraPenebel
5102070102PENEBEL IIDesa PenatahanPenebel
5102080101PUPUAN IDesa PupuanPupuan
5102080102PUPUAN IIDesa BelimbingPupuan
5103020101K U T A IKel. Petang, BadungKuta
5103020102K U T A IIKel. Benoa, BadungKuta
5103020103K U T A IIIDEsa Kerobokan, BadungKuta
5103040101MENGWI IDesa Mengwitani, BadungMengwi
5103040102MENGWI IIDesa Buduk, BadungMengwi
5103040103MENGWI IIIKel. Sempidi, BadungMengwi
5103050101ABIANSEMAL IDesa Blakiuh, BadungAbiansemal
5103050102ABIANSEMAL IIDesa Sedang, BadungAbiansemal
5103050103ABIANSEMAL IIIDesa Sibang Kaja, BadungAbiansemal
5103060101PETANG IDesa Petang, BadungPetang
5103060102PETANG IIDesa Pelaga, BadungPetang
5104010101SUKAWATI IJl. Lettu Nengah Duaji S.Sukawati
5104010102SUKAWATI IIDesa Singapadu, GianyarSukawati
5104020101BLAHBATUH IDesa Keramas, GianyarBlahbatuh
5104020102BLAHBATUH IIDesa Blahbatuh, GianyarBlahbatuh
5104030101GIANYAR IDesa Sidan, GianyarGianyar
5104030102GIANYAR IIDesa Petak, GianyarGianyar
5104040101TAMPAKSIRING IDesa TampaksiringTampaksiring
5104040102TAMPAKSIRING IIDesa Pedap Dapan, GianyarTampaksiring
5104050101UBUD IDesa Ubud, GianyarUbud
5104050102UBUD IIDesa Kutuh, GianyarUbud
5104060101TEGALALANG IDesa Tegalalang, GianyarTegalalang
5104060102TEGALALANG IIDesa Jasan, GianyarTegalalang
5104070101PAYANGANDesa Payangan , GianyarPayangan
5105010101NUSA PENIDA IDesa BatununggulNusa Penida
5105010102NUSA PENIDA IIDesa Jungut BatuNusa Penida
5105010103NUSA PENIDA IIIDesa Klumpu, Nusa PenidaNusa Penida
5105020101BANJARANGKAN IDesa Tusan, KlungkungBanjarangkan
5105020102BANJARANGKAN IIDesa Takung, KlungkungBanjarangkan
5105030101KLUNGKUNG IDesa Gelgel, KlungkungKlungkung
5105030102KLUNGKUNG IIDesa Selat, KlungkungKlungkung
5105040101D A W A N IDesa Pikat, KlungkungDawan
5105040102D A W A N IIDesa Gunaksa , DawanDawan
5106010101S U S U T IDesa Tiga, BangliSusut
5106010102S U S U T IIDesa Sulahan, BangliSusut
5106020101B A N G L IJl. Ngurah rai, BangliBangli
5106030101TEMBUKUDesa Tembuku, BangliTembuku
5106040101KINTAMANI IDesa Kintamani, BangliKintamani
5106040102KINTAMANI IIDesa Satrai, BangliKintamani
5106040103KINTAMANI IIIDesa Belantih, BangliKintamani
5106040104KINTAMANI IVDesa Kedisan, BangliKintamani
5107010101RENDANGDesa Rendang, KarangasemRendang
5107020101SIDEMENDesa Talibeng, KarangasemSidemen
5107030101MANGGIS IDesa Ulakan, KarangasemManggis
5107030102MANGGIS IIDs. Nyuhtebel, KarangasemManggis
5107040101KARANGASEM IDesa Perasi, KarangasemKarangasem
5107040102KARANGASEM IIDesa Seraya TengahKarangasem
5107050101ABANG IDesa abang, KarangasemAbang
5107050102ABANG IIDesa Culik, KarangasemAbang
5107060101BEBANDEMDesa Bebadem, KarangasemBebandem
5107070101SELATDesa Selat, KarangasemSelat
5107080101KUBU IDesa Kubu, KarangasemKubu
5107080102KUBU IIDesa Tianyar TengahKubu
5108010101GEROGAK IDesa SerokgakGerokgak
5108010102GEROGAK IIDesa PejarakanGerokgak
5108020101SERIRIT IKel. SeriritSeririt
5108020102SERIRIT IIDesa Banjar asamSeririt
5108020103SERIRIT IIIDesa RengdikitSeririt
5108030101BUSUNGBIU IDesa BusungbiuBusungbiu
5108030102BUSUNGBIU IIDesa SepangBusungbiu
5108040101BANJAR IDesa BanjarBanjar
5108040102BANJAR IIDesa BanyuatisBanjar
5108050101SUKASADA IKel. SukasadaSukasada
5108050102SUKASADA IIDesa PancasariSukasada
5108060101BULELENG IKel. KaliuntuBuleleng
5108060102BULELENG IIDesa AnturanBuleleng
5108060103BULELENG IIIKel. PenarukanBuleleng
5108070101SAWAN IDesa SangsitSawan
5108070102SAWAN IIDesa MenyaliSawan
5108080101KUBUTAMBAHAN IDesa KubutambahanKubutambahan
Di Propinsi Bali terdata sebanyak 112 Puskesmas

KodeNama PuskesmasAlamatKecamatan
5108080102KUBUTAMBAHAN IIDesa TamblangKubutambahan
5108090101TEJAKULA IDesa TejakulaTejakula
5108090102TEJAKULA IIDesa JulahTejakula
5171010101DENPASAR SELATAN IJl. Gurita No. 8Denpasar Selatan
5171010102DENPASAR SELATAN IIJl. Danau Buyan IIIDenpasar Selatan
5171020101DENPASAR TIMUR IJl. Angsoka, DenpasarDenpasar Timur
5171020102DENPASAR TIMUR IIJl. Trengguli, DenpasarDenpasar Timur
5171020103DENPASAR TIMUR IIIJl. Trengguli, DenpasarDenpasar Timur
5171030101DENPASAR BARAT IJl. Gunung Agung IIDenpasar Barat
5171030102DENPASAR BARAT IIJl. Gng. Saputan Gg. PuskDenpasar Barat
5171030103DENPASAR BARAT IIIJl. A. Yani, DenpasarDenpasar Barat
5171030104DENPASAR BARAT IVJl. Gng. RinjaniDenpasar Barat

INFO RS DI BALI

SUMBER DEPKES
Di Propinsi Bali terdata sebanyak 30 Rumah Sakit

KodeNama Rumah SakitJenisTipeAlamat
5101000001RSU NegaraRSUCJl Wijaya Kusuma 17 Negara
5101000002RSU Dharma SentanaRSU
Jl Ngurah Rai 151 Negara
5101000003RSU TabananRSU
Jl Pahlawan no.14 Tabanan
5102000001RS Dharma Kerti TabananRS
Jl Teratai 16 Tabanan
5102000002RSU Dr GelGelRSU
Jl Mawar No.76 Tabanan
5104000001RSU GianyarRSUCJl Ciung Wanara No.2 Gianyar
5105000001RSU KlungkungRSUCJL Flamboyan No.40 Klungkung
5106000001RSU BangliRSUCJl Kusuma Yudha No.27 Bangli
5106000002RS Jiwa BangliRSAJl Kusuma Yudha No.29 Bangli
5107000001RSU AmlapuraRSUCJl Ngurah Rai Amlapura
5108000001RSU SingarajaRSUBJl Ngurah Rai 30 Singaraja
5108000002Rs Rem 163 SingarajaRs4Jl Ngurah Rai No.70 Singaraja
5108000003RS Kertha UsadhaRS
Jl A Yani No.108 Singaraja
5108000004RS Karya Dharma HusadaRS
Jl Yudistra No.7 Singaraja
5108000005RS Kertha Usada IIRS
Jl Cendrawasih No.5 Singaraja
5171000001RSU Sanglah DenpasarRSUBJl Diponegoro Denpasar
5171000002RSU WangayaRSUCJl Kartini No.133 Denpasar
5171000003RS Rem 162 MataramRS4Jl Cokroaminoto 7 Mataram
5171000004RS Dam XVI DenpasarRS3Jl PB Sudirman No.1 Denpasar
5171000005RSU Dharma UsadhaRSU
Jl Jend Sudirman 50 Denpasar
5171000006RSU Dr ManuabaRSU
Jl Cokroaminoto 28 Denpasar
5171000007RS Kusta BalunRS
Jl Maruti 10 Denpasar
5171000008RS Jiwa Bina AtmaRS
Jl Cokroaminoto Km 5 Denpasar
5171000009RSU Surya HusadhaRSU
Jl Serangan 1-4 Denpasar
5171000010RSU Kasih Ibu DenpasarRSU
Jl Teuku Umar 120 Denpasar
5171000011RSU Puri RaharjaRSU
Jl WR Supratman 14-15 Denpasar
5171000012RSU Sari DharmaRSU
Jl Pulau Seram No.8 Denpasar
5171000013RSU Bhakti RahayuRSU
Jl Gatot Subroto II Denpasar
5173000001RSK Bedah Graha UsadhaRSK
Jl Cokroaminoto Denpasar
5175000001RSU Dharma YadnyaRSU
Jl Supratman 1Tohpati Denpasar

PROGRAM PENANGGULANGAN TBC DI TEMPAT KERJA


dikutip dari: www.depkes.go.id
  1. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan oleh TBC.

Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil disembuhkan.

WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TBC tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Dinegara-negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Dengan munculnya HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TBC akan meningkat.

Di Indonesia hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. WHO 1999 memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru dengan kematian sekitar 140.000.

Penyakit TBC tidak hanya merupakan persoalan individu tapi sudah merupakan persoalan masyarakat. Kesakitan dan kematian akibat TBC mempunyai konsekuensi yang signifikan terhadap permasalahan ekonomi baik individu, keluarga, masyarakat, perusahaan dan negara.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan melalui Program TBC Nasional, telah bekerjasama dengan Rumah Sakit (RS), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Dokter praktek pribadi, organisasi keagamaan dan ingin meningkatkan kerjasama dengan kelompok masyarakat pekerja dan pengusaha. Peningkatan perhatian dari pengusaha terhadap penyakit TBC di sektor dunia usaha sangat diperlukan. Guna mensukseskan aktivitas pengawasan TBC, pengobatan yang teratur sampai terjadi eliminasi TBC di tempat keja.

Setiap tempat kerja mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit TBC pada pekerjanya terutama pada blue collars (karena pendidikan rendah, higiene sanitasi perumahan pekerja, lingkungan sosial pekerja, higiene perusahaan). Pengusaha diharapkan ber partisipasi aktif terhadap penanggulangan TBC di tempat bekerja pada saat seleksi pekerja, higiene sanitasi di perusahaan, gotong royong perbaikan perumahan pekerja bekerjasama dengan puskesmas setempat.

Pengawasan TBC ditempat bekerja memberikan keuntungan yang nyata kepada perusahaan dan masyarakat. Pekerja yang menderita TBC selain akan menularkan ke teman sekerjanya juga akan mengakibatkan menurunnya produktifitas kerja, sehingga akan mengakibatkan hasil kerja menurun dan pada akhirnya mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tempat penderita bekerja. Penemuan penderita baru dan pengobatan dini akan memberikan keuntungan bagi penderita, perusahaan dan program pemberantasan TBC Nasional.

Untuk menanggulangi masalah TBC di Indonesia, strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shourtcourse chemotherapy) yang direkomendasikan oleh WHO merupakan pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pelaksanaan DOTS di klinik perusahaan merupakan peran aktif dan kemitraan yang baik dari pengusaha dan masyarakat pekerja untuk meningkatkan penanggulangan TBC di tempat kerja.

  1. Dasar kebijakan program penanggulangan TBC di tempat kerja

  1. Undang-undang no.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja
  2. Kebijakan teknis program kesehatan kerja
  3. Evaluasi program TBC yang dilaksanakan bersama oleh Indonesia dan WHO pada April 1994 (Indonesia �WHO joint evaluation on National TB Program)
  4. Lokakarya Nasional Program P2TB pada September 1994
  5. Dokumen Perencanaan (Plan of action) pada bulan September 1994
  6. Rekomendasi "Komite Nasional Penanggulangan Tuberkulosis" 24 Maret 1999

II. VISI & MISI

A. Visi

Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan di tempat kerja

B. Misi

  • Menetapkan kebijakan, memberikan panduan serta membuat evaluasi secara tepat, benar dan lengkap
  • Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi pada upaya penanggulangan penyakit TBC di tempat kerja.
  • Mempermudah akses pelayanan penderita TBC untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar mutu

III. TUJUAN

A. Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TBC pada pekerja untuk mencapai peningkatan kemampuan hidup sehat agar tercapai produktivitas yang optimal.

B. Khusus

  1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA positip yang ditemukan ditempat kerja.
  2. Tercapainya cakupan penemuan penderita baru secara bertahap sehingga pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA positip.
  3. Tercapainya pelayanan kesehatan yang paripurna, terjangkau, adil & merata mencakup 80%

IV. KERANGKA PENGENDALIAN TBC DI TEMPAT KERJA

Komponen kunci suatu kerangka pengendalian TBC di tempat kerja yang menyertakan mitra adalah sebagai berikut:

  • Adanya kebijakan yang berdasarkan suatu komitmen yang disepakati

Dalam mengembangkan kebijakan secara tertulis melalui interaksi dan koordinasi dengan pengambil keputusan dalam forum tripartite. Dalam menghadapai penanggulangan TBC di tempat kerja dibentuk suatu forum untuk mengembangkan mekanisme, menterjemahkan kebijakan dalam perencanaan nasional, propinsi, kabupaten. Kebijakan tersebut mencakup adanya komitmen dari para pengambil keputusan terhadap program penanggulangan TBC sebagai bagian dari aktivitas kesehatan di tempat kerja. Komitmen tersebut mendorong adanya mobilisasi dan alokasi dana untuk pelaksanaan intervensi yang direncanakan.

  • Adanya suatu strategi komunikasi

Strategi komunikasi ada beberapa kegiatan :

    • Advokasi kepada pengusaha, organisasi pekerja
    • Mengefektifkan pelaksanaan penanggulangan TBC termasuk penanggulangan TBC di tempat kerja
    • Menggerakan peran sektor-sektor terkait & kemitraan
  • Adanya suatu strategi untuk implementasi

Sebagai dasar dari strategi implementasi meliputi :

  • Pelatihan tenaga kesehatan.
  • Penemuan kasus, termasuk identifikasi suspek TBC dan rujukan pemeriksaan sputum secara mikroskopis.
  • Penanganan kasus, membutuhkan dorongan bagi pasien TBC agar taat pada pengobatan yang diberikan. (pengawasan langsung pemberian obat di tempat kerja/PMO).

V. KEBIJAKAN

Kebijakan dalam penanggulangan TBC di tempat kerja mengacu pada kebijakan nasional

A. Kebijakan operasional penanggulangan TBC nasional :

  1. Penanggulangan TBC di Indonesia dilaksanakan dengan desentralisasi sesuai dengan kebijaksanaan Departemen Kesehatan
  2. Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, BP4 serta Praktek Dokter Swasta, poliklinik umum, poliklinik perusahaan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara paripurna dan terpadu.
  3. Peningkatan mutu pelayanan, penggunaan obat yang rasional dan kombinasi obat yang sesuai dengan strategi DOTS.
  4. Target program adalah konversi pada akhir pengobatan tahap intensif minimal 80%, angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru BTA posistip, dengan pemeriksaan sediaan dahak yang benar (angka kesalahan maksimal 5%).
  5. Pemeriksaan uji silang (cross check) secara rutin oleh balai Laboratorium Kesehatan (BLK) dan laboratorium rujukan yang ditunjuk Untuk mendapatkan pemeriksaan dahak yang bermutu.
  6. Penangulangan TBC Nasional diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kepada penderita secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya.
  7. Pengembangan sistem pemantauan, supervisi dan evaluasi program untuk mempertahankan kualitas pelaksanaan program
  8. Menggalang kerjasama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah dan swasta.

B. Kebijakan penanggulangan TBC di tempat kerja :

  1. Meningkatkan advokasi sosialisasi Program Pemberantasan TBC di tempat kerja pada seluruh pimpinan perusahaan.
  2. Meningkatkan pengendalian sistem kerja & perilaku hidup sehat pekerja di tempat kerja.
  3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yg profesional di setiap unit pelayanan kesehatan di tempat kerja.
  4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penangulangan TBC diberikan kepada penderita secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya khususnya untuk pekerja di sektor informal/ industri kecil, sedangkan untuk sektor formal/ industri besar OAT disediakan oleh pengusaha.

VI. STRATEGI

Strategi Penanggulangan TBC di tempat kerja sesuai dengan Strategi Nasional

  1. Paradigma Sehat
    • Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan penderita TB sedini mungkin, serta meningkatkan cakupan
    • Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat
    • Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi, pada kondisi tertentu
  2. Strategi DOTS, sesuai rekomendasi WHO
    • Komitmen politis dari para pengambil keputusan (tripartite), termasuk dukungan dana.
    • Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
    • Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
    • Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
    • Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC
  3. Peningkatan mutu pelayanan
    • Pelatihan seluruh tenaga pelaksana
    • Mengembangkan materi pendidikan kesehatan tentang pengendalian TBC mengunakan media yang cocok untuk tempat kerja
    • Ketepatan diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
    • Kualitas laboratorium diawasi melalui pemeriksaan uji silang (cross check)
    • Untuk menjaga kualitas pemeriksaan laboratorium, dibentuk KPP (Kelompok Puskesmas Pelaksana) terdiri dari 1 (satu) PRM (Puskesmas Rujukan Mikroskopik) dan beberapa PS (Puskesmas Satelit). Untuk daerah dengan geografis sulit dapat dibentuk PPM (Puskesmas Pelaksana mandiri).
    • Ketersediaan OAT bagi semua penderita TBC yang ditemukan
    • Pengawasan kualitas OAT dilaksanakan secara berkala dan terus menerus.
    • Keteraturan menelan obat sehari-hari diawasi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
    • Pencatatan pelaporan dilaksanakan dengan teratur lengkap dan benar.
    • Pengembangan program dilakukan secara bertahap
    • Advokasi sosialisasi kepada para pimpinan perusahaan , organisasi pekerja mengenai dasar pemikiran dan kebutuhan untuk TBC kontrol yang efektif, mencakup kontribusinya dalam pengendalian TBC di tempat kerja.
    • Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
    • Membuat peta TBC sehingga ada daerah-daerah yang perlu di monitor penanggulangan bagi para pekerja.
    • Memperhatikan komitmen internasional.

    VII. KEGIATAN

    Kegiatan penanggulangan TBC di tempat kesja meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya Promotif

Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja melalui

- pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja

    • penyuluhan
    • penyebarluasan informasi
      1. Peningkatan kebugaran jasmani
      2. Peningkatan kepuasan kerja
      3. Peningkatan gizi kerja

Upaya preventif

    Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit TBC.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit pada populasi yang sehat.

      1. Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control)
    • Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja.
    • Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
    • Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
    • Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan
      1. Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control)
    • Pesyaratan penerimaan tenaga kerja
    • Pencatatan pelaporan
    • Monitoring dan evaluasi

c. Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :

    • Sistem ventilasi yang baik
    • Pengendalian lingkungan keja

d. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain

    • Pendidikan kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja, kebersihan lingkungan, cara minum obat dll.
    • Pemeriksaan kesehatan awal, berkala & khusus (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test)
    • Peningkatan gizi pekerja
    • Penelitian kesehatan

Pencegahan sekunder

      Pencegahan sekunder adalan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini mungkin mencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit.

      • Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatan yang diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang "Pengawas Obat" atau juru TBC
      • Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja

      • Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai dan rujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.
      • Membuat "Peta TBC", sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perlu prioritas penanggulangan TBC bagi pekerja
        • Pengelolaan logistik

Upaya kuratif dan rehabilitatif

      Adalah upaya pengobatan penyakit TBC yang bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.

      Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan dengan menggunakan OAT standar yang direkomendasikan oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease). Pelaksanaan minum obat & kemajuan hasil pengobatan harus dipantau.

      VIII. PENUTUP

        • Agar terlaksananya program penanggulangan TBC ditempat kerja perlu adanya komitmen dari pimpinan perusahaan / tempat kerja dan kerjasama dengan semua pihak terkait untuk melaksanakan Program Penanggulangan TBC didukung dengan ketersediaan dana, sarana dan tenaga yang professional.
        • Keberhasilan pengobatan TBC tergantung dari kepatuhan penderita untuk minum OAT yang teratur. Dalam hal ini, PMO di tempat kerja akan sangat membantu kesuksesan Penanggulangan TBC di tempat kerja.

      DAFTAR KEPUSTAKAAN

        1. DEPKES RI, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta 2002
        2. WHO, TB Control in the Workplace, Report of an Intercountry Consultan, New Delhi 2004
        3. Kebijakan Teknis Program Kesehatan Kerja, Jakarta 2003
        4. Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Kerja, Jakarta 2003

PROGRAM JAMKESMAS DILANJUTKAN


DIKUTIP DARI: www.ina.go.id
PDF Print

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat akan dilanjutkan tahun 2009 ini karena terbukti meningkatkan akses rakyat miskin terhadap layanan kesehatan gratis. Program itu nantinya terintegrasi atau menjadi bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang bertujuan memberi perlindungan sosial dan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

”Kami akan terus melanjutkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Tentunya konsep Jamkesmas ini akan terus disempurnakan agar lebih efektif, efisien, transparan dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata Kepala Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Chalik Masalili, Sabtu (3/1) di Jakarta.
ika sistem jaminan sosial nasional (SJSN) efektif diterapkan di Indonesia, program Jamkesmas akan disesuaikan dengan sistem itu. Salah satunya, pengaturan proporsi iuran pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan rakyat miskin.Program Jamkesmas pengganti Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin) mulai dilaksanakan tahun 2008 yang mencakup 72 juta jiwa dari kuota 76,4 juta jiwa. ”Yang masih kesulitan didata adalah gelandangan dan orang telantar,” kata Chalik Masalili.
Sementara itu, jumlah tagihan Jamkesmas tahun 2008 sekitar Rp 2,5 triliun. ”Jadi, tidak melebihi alokasi anggaran berjumlah Rp 3,6 triliun untuk rumah sakit dan Rp 1 triliun untuk puskesmas sehingga sebagian dana bisa digunakan membayar utang Askeskin tahun 2007 yang berjumlah Rp 1,3 triliun,” ujarnya.Chalik Masalili menambahkan, pihaknya akan mengoptimalkan kualitas pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas, termasuk ketersediaan alat kesehatan habis pakai dan obat-obatan di pasaran.Untuk itu, pihaknya berencana meningkatkan kerja sama dengan badan usaha milik negara bidang farmasi.

Tidak sejalan

Sejauh ini program Jamkesmas dinilai belum memerhatikan aspek promosi kesehatan. Menurut Kepala Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Prof Laksono Trisnantoro, tanpa promosi kesehatan, dikhawatirkan rakyat miskin tidak berperilaku sehat, seperti merokok yang akhirnya rentan sakit berat pada Masa depan.Program itu juga belum sejalan dengan upaya pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk. ”Kami mengusulkan agar ada pembatasan jumlah anak yang ditanggung, terutama biaya persalinan, tetapi belum ada tanggapan,” kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief. (Evy)

Jakarta, Kompas

IMUNISASI

VAKSIN
Indonesia Terapkan Imunisasi Rutin Pneumokokus mulai Tahun 2010

Jakarta, Kompas - Pemerintah Indonesia berencana memasukkan vaksin pneumokokus ke dalam program imunisasi rutin bagi bayi di bawah usia satu tahun pada tahun 2010. Pembiayaan imunisasi itu akan didukung oleh Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi.

"Kami telah mengajukan surat pernyataan berminat dengan tawaran bantuan dana kepada GAVI. Ini merupakan peluang untuk mencegah infeksi pneumokokus mengingat tingginya angka kasus pneumonia atau radang paru pada anak balita," kata Kepala Subdirektorat Imunisasi Departemen Kesehatan Jane Soepardi, Senin (17/12) di Jakarta.

Pihak Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) telah berkomitmen mengucurkan dana bantuan imunisasi pneumokokus bagi negara berkembang dengan pendapatan per kapita rendah pada tahun 2008.

"Pelaksanaannya tergantung kesiapan tiap negara," ujar Direktur Eksekutif Pneumo ADIP GAVI Orin Levine dalam simposium tingkat regional Asia Pasifik "Vaksinasi Pneumokokus" di Seoul, akhir pekan lalu.

Kini harga vaksin pneumokokus 58 dollar AS per dosis. Negara penerima bantuan cukup membayar 15 sen dollar AS (setara dengan Rp 1.400) per dosis, sisanya ditanggung GAVI. Besar bantuan itu dikurangi secara bertahap dalam waktu tujuh tahun.

"Di Indonesia, pelaksanaannya diperkirakan tahun 2010. Sasarannya sekitar lima juta bayi," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes Nyoman Kandun.

Uji coba

Dua tahun ke depan, Depkes akan melakukan uji laboratorium kasus-kasus yang diduga pneumonia pada anak di tiga rumah sakit, yakni RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Shanglah Denpasar. Karena keterbatasan fasilitas yang ada, sampel akan dikirim ke laboratorium di luar negeri. Pemeriksaan itu diperlukan untuk mengetahui serotipe pneumokokus di Indonesia.

"Jadi, tingkat kecocokan vaksin dengan jenis serotipe di Indonesia bisa diketahui sehingga imunisasi aman dan efektif," kata Jane.

Menurut hasil riset, tingkat kecocokan vaksin konjugasi tujuh serotipe bagi anak balita di Eropa dan Amerika 80 persen, sedangkan Asia dan Afrika baru sekitar 50 persen. Kini sejumlah perusahaan farmasi mengembangkan riset vaksin konjugasi 10 hingga 13 serotipe. Depkes juga menjajaki kemungkinan kerja sama antara produsen vaksin multinasional dan perusahaan nasional. (EVY)



















SUMBER KOMPAS








Search :




PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)


dikutip dari: tamanobatkeluarga.blogspot.com

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-tukiman.pdf
Tukiman
A. Pendahuluan
Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan dalam upaya pelayanan kesehatan yaitu Primary Health Care (PHC) sebagai suatu strategi untuk mencapai kesehatan semua pada tahun 2000. Salah satu unmsur penting dalam PHC antara lain penerapan teknologi tepat guna dan peran serta masyarakat. Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Hal ini disebabkan antara lain karena pengobatan tradisional telah sejak dahulu kala dimanfaatkan oleh masyarakat serta bahan-bahannya banyak terdapat di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, obat tradisional perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk lebih meningkatkan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang semakin luas dan kompleks dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 99a/Menkes/SK/III/1982 tanggal 2 Maret 1982 telah di tetapkan Sistem Kesehatan Nasional yang merupakan penjabaran pola Pembangunan Nasional dan sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan dibidang kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Flora dan fauna serta mineral yang berkhasiat sebagai chat harus dikembangkan dan disebar luaskan agar maksimal mungkin dapat dimanfaatkan dalam upaya-upaya kesehatan masyarakat. Khususnya untuk tanaman chat penyebar luasannya dapat dilakukan melalui TOGA (tanaman chat keluarga). Pengertian TOGA Toga adalah singkatan dari tanaman chat keluarga. Taman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman ohat atau bahan ohat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pemanfaatan Tanaman Obat Berbicara tentang pemanfaatan tanaman obat atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari Baru itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keper uan alam kehidupannya, termasuk keperluan akan obat-obatan dalam angka mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa chat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Adapun pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah: 1. Demam panas 2. Batuk 3. Sakit perut 4. Gatal-gatal Berbagai macam ramuan yang dapat digunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit menurut Depkes (1992) adalah sebagai berikut:
ad.1. Ramuan demam panas biasa
a. bahan • Jeruk nipis 1 buah • Bawang merah 3 biji • Minyak kelapa 1 sendok makan • Garam (sedikit)
b. Cara pembuatannya • Peras jeruk nipis, ambil airnya • Parut bawang merah, terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang • Campurkan jeruk nipis dan bawang merah tersebut tambahkan garam dengan minyak.
c. Cara pemakaian • Dikompreskan pada ubun-ubun

Demam panas karena maria
a. Ciri – ciri penyakit • Panas menggigil • keringat dingin • Nyeri otot • Pucat, lesu • Sakit kepala b. Bahan yang diperlukan • Jeruk nipis 1 buah dibelah • Daun pepaya 1/2 pelepah • Kencur 1 jari dipukul/dimemarkan • Air 3 gelas
c. Cara pembuatan • Semua bahan direbus, kalau perlu di tambah dengan gula merah secukupnya sampai airnya tinggal 1 1/2 gelas.
d. Cara pemakaian • Minimal diminum 3 x sehari 1/2 gelas. Diulang lagi setiap hari sampai 1 minggu.

Demam Panas Karena Campak (Babagen)
a. Ciri-ciri penyakit • Panas tinggi • Anak rewel, lemah • Batuk-batuk • Mata merah • Bintik-bintik merah coklat di kulit
b. Bahan yang diperlukan • Daun sambiroto 4 lembar • Pule 1 ibu jari • Air 1 gelas
c . Cara pembuatan • Daun sambiroto, pule dibersihkan, kemudian didihkan sampai menjadi 1/2 gelas
d. Cara pemakaian • Diminum 2 x sehari 1/2 gelas pagi dan sore, ulangi tiap hari sampai panasnya mereda.

ad.2. Batuk •
Ramuan Batuk biasa
a. Bahan • Kencur 3 jari • Garam sedikit
b. Cara pembuatan • Kupas kencur dan parut • Tambahkan air 3/4 cangkir • Peras dengan kain bersih dan Baring.
c. Cara pemakaian • Diminum 2 x sehari 1 ramuan untuk anak-anak dan dewasa. •

Batuk Pilek
a. Ciri-ciri penyakit • Pilek , keluar lendir/cairan ingus dari hidung. • Kadang-kadang disertai panas. • Sakit kepala • Hidung tersumbat • Nyeri otot
b. Bahan yang dipergunakan • Air teh kental 3/4 gelas • Air jeruk nipis 3 sendok makan • Gula batu sebesar telur ayam
c. Cara pembuatan • Campur semua bahan, diaduk sampai larut.
d. Cara pemberian • Orang dewasa minum 3 kali sehari 1 ramuan • Anak-anak 3 kali sehari 1/2 cangkir * Anak Balita jangan diberi ramuan ini.

• Batuk asma
a. Ciri-ciri penyakit • Napas berbunyi • Berkeringat • Sesak napas
b. Bahan • Daun randu (daun kapuk) 7 helai • Pegagan 1 genggam • Gula batu saecukupnya. • Air matang 1 cangkir.
c. Cara pembuatan • Cuci daun randu dan pegagan • Tumbuk dengan sediki t air, setelah halus tambah air matang dan saring • Beningnya ditambah dengan gula batu dan aduk hingga larut.
d. Cara pemakaian • Diminum 1 x sehari 1 ramuan, pagi hari sebelum makan • Diulang tiap hari sampai sembuh • Untuk pemeliharaan cukup 1 minggu sekali satu ramuan

ad. 3 Sakit perut •
Ramuan sakit perut biasa
a. Bahan yang diperlukan • Gula pasir 3/4 sendok makan • Minyak kayu putih 3 tetes
b. Cara pembuatan • Gula pasir ditetesi dengan minyak kayu putih Dicampur
c. Cara pemakaiannya • Campuran ini dimakan, disertai minum teh •

Ramuan sakit perut disertai mencret
a. Ciri-ciri penyakit • Berak encer lebih 3 kali sehari • Sakit perut saat berak • Kadang rasa mual dan kembung.
b. Bahan yang diperlukan • Daun jambu biji muda satu genggam. • Adas 5 butir (1/3 sendok teh). • Pulo sari 2 jari tangan • Air 2 cangkir
c. Cara membuatnya • Bahan setelah dicuci dipotong kecil-kecil kemudian didihkan sampai diperoleh 1 cangkir
d. Cara pemakaian • Diminum 2 x sehari 1/2 cangkir.

• Muntah mencret Berikan ramuan mencret di tambah dengan ramuan muntah yaitu:
a .Bahan • Parutan pala 1 sendok teh • Garam sedikit
b. Cara pembuatan • Kedua bahan dicampur
c. Cara pemakaian • Makanlah ramuan tersebut.

• Sakit maag (sakit ulu hati)
a. Ciri-ciri penyakit • Sakit terasa perih terutama daerah ulu hati. • Mual • Kadang-kadang disertai keringat dingin dan pusing • Perut kembung.
b. Bahan yang dipergunakan • Kunyit yang tua 2 jari tangan • Air matang 1/2 cangkir
c .Cara pembuatan • Kupas kunyi t dan bersihkan • Parut kunyi t tambah air matang • Peras dengan kain bersih • Ambil beningnya
d. Cara pemakaiannya • Minum 2 x sehari satu ramuan, pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur.

ad.4. Gatal • Ramuan gatal-gatal biasa
a. Bahan yang diperlukan • Batang Brotowali 2 sampai 3 jari • Air 6 gelas
b. Cara pembuatan • Campuran dididihkan selama 1/2 jam
c. Cara pemakaian • Air brotowali gunakan untuk mencuci kulit yang gatal

• Ramuan Gatal karena Panu • Ramuan gatal karena Panu
a. Ciri-ciri penyakit • Bercak putih halus, berbatas tegas • Rasa gatal pada waktu berkeringat.
b. Bahan yang diperlukan• Lengkuas 1 jari • Cuka 1 sendok makan
c. Cara pembuatan • Lengkuas dipotong miring • Bagian ujungnya dipukul-pukul hingga berserabut seperti kuas.
d. Cara pemakaian • Kuas lengkuas yang sudah direndam dalam cuka digosokkan pada kulit yang sakit 2 x sehari.

• Ramuan Gatal karena kurap
a. Ciri-ciri penyakit • Bercak-bercak bundar di kulit selebar beberapa cm dengan tepi berbatas jelas kemerahan. • Bersisik biasanya dibadan, tangan, kaki, lipatan paha, sela jari dan kepala.
b .Bahan yang diperlukan • Daun landep 1 genggam. • Jeruk nipis 1 buah
c. Cara pembuatan • Daun landep dilumatkan • Jeruk nipis dipotong dan diperas • Campurkan pada daun landep yang telah dilumat.
d. Cara pemakaiannya. • Dioleskan pada kulit yang sakit.

• Ramuan Gatal Karena Kudis
a. Ciri-ciri penyakit • Bintik-bintik bergerombol • Rasa amat gatal terutama diantara jari-jari tangan dan kaki. • Pergelangan sebelah dalam dan pantat.
b. Bahan yang diperlukan • Daun sambiloto segar 1 genggam • Belerang sedikit
c. Cara pembuatannya • Bahan ditumbuk bersama-sama sampai halus dan rata.
d. Cara pemakaian • Dilumurkan pada kulit yang sakit.

D. Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.
b. Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
c. Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
d. Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya: buah-buahan dan bumbu masak
e. Jenis tanaman yang hampir punah
f. Jenis tanaman yang masih liar

Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di daerah pemukiman.

Daftar tanaman obat tradisionil yang dipergunakan dalam buku "Pemanfaatan Tanaman Obat Dep. Kes RI Edisi III. 1983 adalah : Adas Foeniculum Vulare Mill Angsana Pterocarpus Indica Willd Anyang-anyang Elaecorpus Grandiflora J. Sm Asam Tamarindus Indica L. Bawang merah Allium Cepa L Bawang putih Allium Sativum L Belimbing waluh Averrhoa Bilimbi L. Beluntas Pluchea Indica (L) Less Brotowali Tino Spora Crispa (L) Cengkeh Eugenia Aromatika O.K Dadap Serep Erythrina Subumbrans Herr Daun sendok Plantago Hajor L Delima Putih Punica Granatum L Gambir Uncaria gambir Roxb Jagung Zea Mays L Jambu Biji Psidium Guajava L Jarak Ricinus Communis L Jarak Pagar Jatropha Curcas L Jaruk Nipis Citrus Aurantifolia Suningle Katuk Sauropus ANDROGYNUS Herr Kayu Putih Helaleuca Leuca Dendra L Kecubung Datura Hetel Kelapa Cocos Nucifera Kembang Sepatu Hibicus Rosa-Sinensis Kemiri Aleuritis Holuccana (L) Kencur Kaempferia Galanga L. Urang aring Eclipta Alba (L.) Ketumbar Coriandrum Sativum Kumis Kucing Orthosiphon Stamineus Benth Kunyit Curcuma Demestica Val Labu merah Cucurbita Hoschata Duchesne Lada Piper Nigrum L Lengkuas Languas Galanga (L.) Lidah buaya Aloe Vera L Lobak Raphanus Sativus L. Mentimun Cucumis Sativus L. Padi Oryza Sativa L. Pare Homordica Charantia L. Pegagan Centella Asiatica L. Pepaya Carica Papaya L. Pinang Areca Catechu L. Pisang Musa Paradisaca L.Pulasari Alyxia Spec Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Sembung Blumea Balsamifera (L.) Sirih Piper Betle L. Sosor Bebek Kalanchoe Pinnata Pers Teh Thea Sinensis L. Tembakau Nicotiana Tabacum L. Temu giring Curcuma Heyneana Val & V.Zip Temu Kunci Boesenbergia Pandurata Temu lawak Curcuma Xanthorrhiza Ubi jalar Ipomoea Batatas Poiret

E. Kesimpulan
Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:
1. Upaya preventif (pencegahan)
2. Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)
3. Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)

Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:
1. Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, saledri, pepaya dan lain-lain.
2. Sarana untuk pelestarian alam Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh tumbuhan akan mengalami kepunahan.
3. Sarana penyebaran gerakan penghijauan. Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.
4. Sarana untuk pemertaan pendapatan Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber pengbasilan bagi keluarga tersebut.
5. Sarana keindahan Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada di sekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah-